Contact us now
+6289-774455-70

Mana Kota Aman dan Tidak Aman? Mana Penerbangan Aman dan Tidak Aman?

Tadi pagi saya mendengar sebuah laporan pendengar di sebuah radio swasta di Surabaya. Pendengar ini tinggal di kota Paris, Perancis. Meski begitu masih loyal dengan radio ini, sehingga masih mau memberi kabar ke radio ini.

Dia mengabarkan kota Paris saat ini dinyatakan oleh pemerintah setempat dalam status gawat yang paling tinggi. Dia mewanti kalau tidak ada keperluan penting agar tidak ke Paris khususnya daerah Ellyse (?). Situasi genting di sana sekarang. Jadi Paris aman ya?

Saya teringat kabar beberapa waktu lalu, pemerintah AS memberi status kota Surabaya sebagai kota tidak aman, dan mewanti-wanti warganya untuk tidak ke kota Surabaya. Bu Risma tidak percaya dengan wanti-wanti ini. Dan Wapres Jusuf Kalla tidak peduli dengan peringatan pemerintah AS ini. Jadi Surabaya kota tidak aman ya?

Tentu kita tidak bisa menjamin sebuah kota aman atau tidak aman. Tapi kita bisa mengantisipasi sebagai kota aman atau tidak. Seperti kota Surabaya saat ini menjadi sorotan utama warga Indonesia dan dunia. Banyak wartawan datang ke kota Surabaya karena meliput kabar jatuhnya pesawat Air Asia. Jadi kalau ada ‘sesuatu’ yang ingin mencari perhatian, tinggal cari gara-gara di Surabaya, pasti akan tersebar luas ke seluruh dunia. Lha kalau ‘situasi’ itu teroris? Maka masuk akal, kalau pemerintah AS memberi ‘travel warning’ untuk kota Surabaya.

Demikian juga kita tidak bisa menjamin sebuah pesawat aman atau tidak, sehingga gampang jatuh. Namun kita bisa mengantisipasi, kalau sebuah perusahaan penerbangan ingin murah harga tiketnya maka dia bisa saja membuat sistem sedemikian rupa yang bisa membuat irit. Tapi apakah itu baik? Misal: demi efisiensi, pilot dan awak pesawat dioptimalkan sehingga memberi waktu istirahat yang sedikit. Lha kalau capek, bagaimana pilotnya mau konsentrasi atau kondisi 100% fit?

Beberapa waktu lalu di Jawa Timur ada sebuah perusahaan otobis yang kerap mengalami banyak kecelakaan. Perusahaan yang garasinya di Kletek, Sidoarjo ini sering bisnya bertindak ugal-ugalan yang menyebabkan banyak korban. Saking jengkelnya pernah warga sampai membakar bis ini dan menghadang bis lainnya dari perusahaan tersebut untuk dihancurkan.

Ternyata memang sistem managemennya yang salah. Rute bis perusahaan ini antara Surabaya dan sebuah kota di Jawa Tengah. Perjalanan yang menempuh waktu sekitar 8 jam ini tanpa adanya sopir cadangan. Begitu sampai tiba di sana, sopir hanya diberi waktu istirahat 1 jam dan diminta kembali membawa bis ke tempat semula. Belum sistem setoran, sehingga wajar sekali sopir melakukan tindakan ugal-ugalan dan ceroboh yang mengakibatkan banyak kecelakaan. Sekarang sudah diperbaiki sistemnya, sehingga perusahaan otobis ini sudah tidak menjadi sorotan.

Saya percaya dengan langkah yang dilakukan Menhub Jonan untuk memperbaiki sistem, seperti mengecek rute legal atau tidak, memberi harga batas bawah dan lainnya. Ini mengurangi resiko ketidakamanan penerbangan. Tapi tentu saja tidak bisa menjamin apa yang dilakukan Jonan menjadi aman 100%. Demikian juga yang dilakukan pemerintah Perancis selama ini, meski negara maju, ternyata tidak dapat menjamin warga kotanya aman 100%.

Yang dilakukan adalah pencegahan dan antisipasi untuk mengurangi ketidak-amanan dan kecelakaan, seperti yang sukses dilakukan ke sebuah perusahaan otobis di Jawa Timur.

2 Comments - Leave a Comment
  • Mochamad Yusuf -

    @Brahm
    Saya kira menhub Jonan bikin aturan itu tidak semata untuk AirAsia. Betul AirAsia yang memunculkan aturan itu. Tapi tujuannya lebih dalam skala yang lebih luas. Harapannya tentu adalah pengguna. Semoga dunia transportasi udara kita lebi aman. Karena aman itu lebih penting.

  • Brahm -

    Managemen bus ya nggak bisa disamakan dengan managemen Airbus, Pak. Untuk Airbus, ada SOP dan pengawasan ketat yang tidak bisa “diakali”.

    Aku berharap ada perdebatan sengit antara Menhub dan pihak-pihak yang “menertawakannya” karena menghubung-hubungkan LCC dengan keselamatan pesawat. Tentu perdebatan yang berbobot dan didasari data, salah satunya dari analisis KNKT terhadap blackbox, bukan perdebatan yang berdasarkan asumsi.

    Pada akhir perdebatan itu, semoga lahir sistem yang memungkinkan kita segera mencapai zero flight accident. Karena Indonesia negara kepulauan, pesawat adalah transportasi vital bagi rakyat. Terutama mereka yang nggak punya waktu untuk naik kapal atau bus.

  • Leave a Reply