Contact us now
+6289-774455-70

Pernik Ramadhan 2013 (9): Cara Mencegah Anak Merokok

(ref: sxc.hu)

(ref: sxc.hu)

Kematian anaknya sempat membuat terpukul Iwan Fals. Entah, karena ini dia menjadi bertobat dan menjauhi barang-barang haram itu. Tapi sudah terlambat, karena anaknya sudah pemakai dan pecandu narkoba. Ini karena dia melihat Bapaknya juga memakai dan mencanduinya. Karena panutan. Contoh atau teladan dari orang terdekatnya.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Saya tidak merokok. Dan selama hidup saya tidak merokok. Sebatang sekalipun. Tidak dulu waktu masih remaja, dewasa, sekarang ini atau nanti. Saya tidak mau menghisap asap rokok selamanya dalam hidup saya.

Tapi kalau diingat-ingat saya pernah juga menghisap rokok. Hanya 1 sedotan. Sekali hisap. Dan setelah itu berhenti, kapok dan tidak mau menghisap lagi selamanya. Dan menariknya saya menghisap itu waktu… belum sekolah. Mungkin sekitar umur 4-5 tahun.

Lho?

Ya, ini gara-gara kecerobohan Bapak saya. Waktu itu Bapak perokok, meski bukan perokok berat. Saya sering disuruh Bapak membeli rokok. Rokoknya Djarum 76 coklat. Saya senang kalau disuruh Bapak membeli rokok. Karena bisa saya jilati sigaretnya karena manis.

Suatu ketika rumah kosong. Bapak bekerja dan Ibu di rumah sakit barusan melahirkan adik saya terakhir. Saya dan teman-teman bermain di ruang tamu. Di meja tergeletak rokok dan korek api Bapak. Dasar anak-anak ingin tahu, kita mencoba merokok. Diambil sebatang, dinyalakan dan dihisap. Dan saat giliran saya, sekali hisap langsung batuk-batuk. Demikian juga teman-teman lain. Tentu saja kita berhenti dan membuang rokoknya.

Saya lupa apakah Bapak mengetahui hal ini atau tidak. Rasanya tidak. Karena Bapak teledor dan meletakkan rokoknya sebarangan, maka beliau tidak tahu ada satu batang rokoknya sudah diambil/hilang. Rasanya saya tidak dimarahi tentang hal ini, karena beliau memang tidak tahu tentang hal ini.

Untungnya rokok tergeletak sebarangan ini hanya saya alami saat saya belum memasuki bangku sekolah. Setelah saya mulai sekolah (TK), Bapak berhenti merokok. Dan selama itu kemudian sampai saya dewasa, saya tidak pernah melihat rokok di rumah. Juga tidak melihat ada orang merokok di rumah. Itu yang mungkin membuat saya tidak merokok.

Padahal selama itu, Bapak tidak pernah mendiskusikan merokok atau bahaya merokok pada saya. Tidak pernah bicara rokok sedikitpun dengan saya. Apalagi menakuti atau mengancam bila saya merokok. Saya cuma melihat bahwa Bapak tidak merokok, maka saya tidak merokok. Jadi hanya melihat panutan tidak merokok, maka saya tidak merokok.

Dua hari lalu saya membaca sebuah artikel memprihatinkan tentang misteri Galang Rambu Anarki. Galang ini anaknya pemusik sohor Indonesia, Iwan Fals. Sampai saat ini tidak diketahui bagaimana persisnya sebab dia meninggal. Padahal sebelumnya, pulang ke rumah dan makan malam terus tidur, katanya karena kecapekan latihan band. Tapi pagi saat dibangunkan sepupunya, dia sudah badannya dingin. Meninggal dunia.

Keluarganya tutup mulut dan tidak mau melakukan otopsi atas jenazah Galang. Dia dimakamkan di Bogor, tidak di pemakaman umum. Tapi di tanah pribadi Iwan.

Namun beberapa gosip mengatakan bahwa Galang meninggal karena overdosis. Memang diketahui Galang juga pengidap narkoba, seperti ganja. Bapaknya sendiri mengakuinya. Karena saat itu dia juga pengidap. Maka dia sering meletakkan ganjanya sebarangan. Maka tidak heran, kalau anaknya juga mencoba-coba. “Ya, bagaimana lagi, “kata Bapaknya, Iwan Fals, saat dimintai komentarnya anaknya juga pengidap narkoba.

Kematian anaknya sempat membuat terpukul Iwan Fals. Entah, karena ini dia menjadi bertobat dan menjauhi barang-barang haram itu. Tapi sudah terlambat, karena anaknya sudah pemakai dan pecandu narkoba. Ini karena dia melihat Bapaknya juga memakai dan mencanduinya. Karena panutan. Contoh atau teladan dari orang terdekatnya.

Jadi sebenarnya mudah mencegah anak-anak kita merokok. Yakni dengan kita, sebagai orang tuanya, tidak merokok. Karena mereka pasti mengikuti dan meneladani kita, orang tuanya, yang tidak merokok. Tanpa perlu memberitahu bahaya merokok atau mengancamnya bisa merokok, dia akan tidak merokok.

Saya pernah melakukan riset sederhana, yakni bertanya pada teman-teman yang perokok dan tidak. Dan jawabannya hampir seragam. Kalau dia perokok, orang tuanya juga perokok. Atau orang-orang dekatnya, seperti paman, kakek dan teman-temannya, perokok juga. Kalau yang saya tanya tidak merokok, karena orang tuanya juga tidak merokok.

Maka mencegah anak kita tidak merokok nanti, caranya gampang. Bagi Anda perokok, berhentilah merokok. Dan bagi Anda yang tidak merokok, pertahankan prestasi ini. [SUMA, 24/7/2013 siang]

<em>Pernik Ramadhan adalah tulisan yang saya usahakan rutin saya tulis setiap hari selama bulan Ramadhan 1434H/2013M. Semoga tulisan ini membawa manfaat bagi kita semua. Amin. </em>

*Mochamad Yusuf adalah online analyst, konsultan tentang online communication, pembicara publik tentang II, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://www.yusuf.web.id

5 Comments - Leave a Comment
  • abu azzam -

    kalo saya tidak merokok karena rasional….. untuk apa saya habiskan duit yang seharusnya bisa untuk keperluan lain…?

  • Hamdi Rizal -

    Halo Pak Yusuf.

    Mau share juga, saya juga gak pernah merokok, dari kecil sampe sekarang, dan mudah2an selamanya. Tapi saya gak merokok bukan karena orang tua saya gak merokok, Bapak saya adalah perokok kelas menengah keatas (bukan kelas berat).

    Kalo enggak salah, saya diwanti2 untuk tidak merokok adalah oleh ibu saya. Beliau (ibu saya) berkata jangan merokok, karena boros, gak bagus, seperti bapak.

    Jadi, menurut saya, pemberitahuan, penegasan untuk tidak merokok itu juga perlu, dan selalu. Tidak hanya sekali dua kali.

  • Pingback: Setiap orang tua pasti was-wasa kalau na | ..| Home of Mochamad Yusuf |..

  • Leave a Reply