Contact us now
+6289-774455-70

Rahasia Rezeki (104): Musibah Adalah Rezeki

Merenungkan kejadian ini, saya merasakan bagaimana saya harus melewati musibah dulu sebelum dapat rezeki. Saya harus ditest kesabaran dan perjuangan dulu sebelum mendapat rezeki. Lho kok rezeki?

Oleh: Mochamad Yusuf*

Dalam artikel saya sebelumnya, nomor 103 – Beryukurlah Dapat Musibah Karena Itu Rezeki, saya mengatakan bahwa musibah adalah jalan memberi rezeki kepada orang lain.

Di sini kita seakan menjadi kran air. Kita menjadi tempat saluran untuk memberi air ke yang lain. Karena kita sebagai saluran, air itu pasti ngendon dan lewat ke kita. Jadi sedikit banyak, maka rezeki itu pasti mampir dulu ke tempat kita.

Kita bersyukur dengan musibah ini, karena rezeki itu mau mampir ke tempat kita. Kalau tak ada musibah, rezeki itu tak dimampirkan ke kita. Padahal meski hanya dimampirkan, cepat atau lama rezeki itu tetap di tangan kita, bukan?

Dalam cerita itu saya cerita bagaimana kacamata saya rusak. Lalu dengan jalan memutar, kacamata itu membuat rezeki sebuah toko optik dekat rumah. Dan esoknya saya dapat rezeki yang menutup biaya membeli kacamata di toko optik tersebut. Bahkan uang rezeki lebih besar daripada biaya untuk membeli kacamata.

Tapi apakah bisa musibah itu memang rezeki khusus buat kita? Bukan untuk orang lain yang dimampirkan buat kita?

Bisa. Sangat bisa. Ini seperti kejadian yang kemarin saya alami.

Hari Minggu kemarin sewaktu di pameran komputer saya membeli memori RAM untuk upgrade netbook saya. Saya sudah lama ingin mengupgrade RAM netbook saya supaya lebih gegas.

Saya sebenarnya sudah pernah membelikannya. Namun toko tempat saya membeli RAM itu tak mau memasangkannya. Karena tempat RAM itu disegel oleh toko asal saya membeli netbook. Kalau saya paksa, garansi netbook itu bisa hilang.

Makanya mau tak mau saya harus membeli RAM di toko asal. Maka sewaktu ada pameran komputer, saya sempatkan datang. Karena toko itu selalu ikut pameran. Dan memang saya dulu membelinya saat pameran.

Akhirnya tibalah saya di stan toko yang sama sewaktu saya membeli netbook itu. Dia memang ikut pameran. Ketika saya tanyakan berapa harganya, saya terkejut harganya sangat murah. Sangat lebih murah dibanding sewaktu saya membeli di toko lain sewaktu saya berniat mengupgrade itu. Bahkan kelak saya tahu harga itu lebih murah dari semua stan yang ada di pameran itu.

Akhirnya RAM itu terpasang di netbook saya. Setelah di rumah, saya mulai memakai kompuer saya.

Namun keanehan mulai muncul. Pertama saya tak merasakan dampak kecepatan yang signifikan dengan tambahnya RAM itu. Tapi saya abaikan, karena mungkin kalau upgrade RAM saja tak terlalu berpengaruh. Entah kalau sekalian prosesornya.

Lalu keanehan lain muncul. Sewaktu mau menginstall sebuah aplikasi, komputer langsung hang. Blue screen. Lalu komputer restart. Aneh. Karena komputer saya jarang hang. Setelah menyala lagi, beberapa saat kemudian hang lagi. Dan demikian seterusnya. Dalam selang 5-10 menit komputer mengalami blue screen dan reboot.

Akhirnya saya putuskan mematikan netbook. Saya memaki-maki keputusan saya membeli RAM di toko asal itu. Saya kan bisa membeli RAM di toko lain, dan meminta untuk memasangkan di toko asal.

Saya patut kesal, karena saya harus ke pameran lagi. Bayar parkir lagi. Bayar tiket masuk lagi. Harus meluangkan waktu lagi. Dan menempuh jarak yang cukup jauh. Karena rumah saya di luar kota. Di Sidoarjo. Bukan Surabaya. Harus mengorbankan waktu hari Minggu, hari libur saya. Harus keluar effort lagi.

Dan saya pikirkan jadi menjengkelkan, karena saya harus menjelaskan permasalahan ini dan membuktikan ke toko tersebut bahwa gara-gara RAM itu netbook saya hang.

Dan memang pemilik toko tersebut tak langsung percaya dan meloloskan keinginan saya mengganti dengan RAM lain. Saya diminta menunjukkan errornya seperti apa. Waduch. Meski saya sudah menebak hal ini, saya tetap memaki-maki diri karena kadang ini bukan hal yang mudah untuk membuktikannya.

Dan benar! Ketika saya nyalakan komputer dan mencoba-coba komputer tidak hang. Keringat dingin mulai muncul. Saya ingat-ingat apa saja yang sudah lakukan sehingga membuat blue screen komputer. Tapi tetap saja, komputer tak mau hang. Lama saya di meja di stan komputer itu. Kesibukan di stan pemeran itu sepertinya tak menurangi kepusingan saya.

Saya sebenarnya bersedia untuk menambah uang untuk membeli merk lain yang lebih bagus. Jadi saya tak sekedar meminta ganti dengan RAM lain. Saya curiga dengan merk tersebut.

Sepertinya pemilik toko melihat kejujuran saya. Meski tak melihat errornya, dia setuju mengganti dengan RAM lain. Alhamdulillah. Mulailah RAM dengan merk yang sama terpasang di netbook saya.

Saya mulai mencoba-coba. Tak bikin hang. Saya lega. Lalu saya berinisiatif untuk mengukur index benchmark netbook saya. Saya berpikir bahwa dengan mengupgrade RAM, seharusnya nilai benchmarknya naik.

Proses benchmark berjalan lancar. Lama prosesnya. Saya tunggu dengan sabar sambil melihat keramaian stan toko tersebut. Sekali-kali saya intip komputer saya. Tinggal sedikit. Mungkin kurang 2%.

Tiba-tiba komputer blue screen. Saya malah beryukur dengan kejadian ini. Karena saya bisa memperlihatkan errornya pada pemilik toko. Setelah restart, beberapa saat kemudian komputer hang lagi.

Pemilik toko bingung. Karena RAM yang dia jual merknya sama. Dan semua itu katanya tak ada masalah. Bahkan RAM itu dipakai untuk merk-merk komputer lain.

Saya lemas. Saya tertancap dengan masalah di toko komputer ini tanpa solusi. Saya tahu kalau saya meminta uang saya kembali, pasti dia akan menolaknya. Dalam hati, saya ingin usul untuk mencabut RAM netbook lain dengan tipe yang sama yang dia jual untuk dipasang ke komputer saya.

Ini gila! Karena harus mengambil RAM netbook baru yang belum dijual. Dan ternyata usulan dalam hati saya didengar. Dia mengusulkan untuk mengganti dengan RAM yang orisinal. RAM yang ada di netbook baru yang dijual.

Mulailah dia mengambil sebuah kardus netbook baru dengan spesifikasi yang sama. Tak persis dengan tipe saya. Karena tipe saya sudah lama. Tak diproduksi lagi. Mulailah dia membongkar salah satu netbook baru dan membuka tutup RAMnya.

Tapi ternyata musibah itu masih tak mau menjauh dari saya. Ternyata netbook baru itu tak punya slot RAM. RAM sudah tertancap secara onboard. Tak bisa dilepas.

Saya lemas. Pemilik toko berpikir keras. Bagaiman menghandle masalah ini. Lalu dia meminta ke toko saya untuk dicarikan RAM dengan tipe netbook yang sama dengan saya. Saya tanya besok? Bukan. Lusa. Karena dia harus kulakan dulu.

Saya lemas lagi. Saya tak bisa saya merasakan segera upgrade RAM. Saya harus menundanya dulu. Dan saya harus keluar effort lagi untuk datang ke tokonya. Untung tokonya tak begitu jauh dari kantor. Ini sebuah sedikit sinar rezeki bagi saya. Kecil. Tapi tetap itu rezeki.

Sekeluar dari stan itu, saya coba mengecek di stan lain. Baru saya tahu, ternyata merk RAM itu ternyata merk murahan. Hampir di semua stan merk itu selalu termurah dari merk lain. Namun memang tak ada yang menjual sebagai RAM. Merk itu ada dalam bentuk lain, yakni sebagai flash disk dan SD card.

Melihat hal ini, saya sudah hampir memutuskan membeli RAM baru dengan merk lain dan kembali ke stan toko asal untuk dipasangkan. Saya harus rela uang saya menjadi hangus karena membeli RAM murahan yang tidak saya pakai. Tapi saya tahan dulu.

Jadi saya simpulkan saya dapat murah, karena merk itu. Dan selama ini di tipe-tipe komputer lain tak ada masalah. Bahkan di merk lain. Kenyataannya tak ada yang komplain. Mungkin baru di tipe komputer saya.

Saya sedih menyadari musibah yang saya alami ini. Mengapa saya? Kenapa saya tak membeli dan langsung bisa merasakan gegasnya komputer setelah diupgrade?

Dua hari kemudian (kemarin) saya datang ke tokonya. Ternyata saya sudah ditunggu.

Saya diperlihatkan RAM pengganti. Lho kok merk yang sama, saya protes. Bukan Pak, ini hanya tempatnya saja kok.

Waktu tempat RAM dibuka, saya minta untuk memegang netbook saya. Saya ambil RAM yang baru dan saya bandingkan dengan melihat kode-kode yang ada. Sama persis! Betul. Ini RAM orisinil. Saya tak tahu ini diambilkan dari netbook lain atau baru. Tapi kalau baru sehatusnya ada wadahnya.

Setelah dipasang, saya coba benchmark. Ternyata hasilnya naik. Alhamdulillah. Setelah itu seharian di kantor, saya coba-coba dan emang terasa gegasnya. Ini sebenarnya sudah saya rasakan sejak menyalakannya. Terasa lebih kencang.

Sampai sekarang komputer saya belum hang. Semoga seterusnya juga tidak hang. Amin.

Merenungkan kejadian ini, saya merasakan bagaimana saya harus melewati musibah dulu sebelum dapat rezeki. Saya harus ditest kesabaran dan perjuangan dulu sebelum mendapat rezeki.

Lho kok rezeki? Iya, karena ternyata saya tidak diminta uang tambahan untuk pengganti dengan RAM orisinil. Padahal saya pernah menanyakan harganya 2 kali lipat dari biaya yang saya keluarkan. Itu pun barangnya tak ada. Yang disarankan adalah merk yang bagus, tapi tetap harganya hampir 2 kali lipat dengan harga yang saya bayar untuk RAM merk murahan itu.

Saya bersyukur dapat RAM orisinil dengan biaya yang murah. Anggap saja hilang-hilangan. Karena memang murah sekali. Daripada semua merk yang ada, ini paling murah. Ini sudah saya buktikan sewaktu saya sempat menyesal telah membeli RAM itu dengan berkeliling ke stan-stan lain di pameran itu.

Ternyata kalau kita mau bersabar, ikhlas dan tetap berupaya sebuah musibah bisa jadi itu adalah rezeki untuk kita. Mau mendapat musibah? [TSA, 03/06/2012 subuh]

~~~
Artikel ini bagian dari buku yang saya rencanakan untuk terbit. Rencananya ada 99 artikel yang berkaitan dengan rahasia rezeki. Untuk seri 1 sampai 10, anda bisa membaca secara lengkap di http://enerlife.web.id/category/rejeki/. Setelah seri itu, tak ditampilkan secara lengkap. Namun hanya setiap kelipatan seri 5 yang ditampilkan secara lengkap. Jadi pantau terus serial ‘Rahasia Rezeki’ ini.

~~~
*Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik, host radio, pengajar sekaligus praktisi TI. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, “Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA”. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf .

3 Comments - Leave a Comment
  • smadav -

    Wah saya jadi inget ketika laptop saya kena virus, semua file skripsi yang berekstensi doc hilang semua, demikian juga folder tak nampak sama sekali, sempet panik, karena saya tak menyiapkan backup nya.

  • Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..

  • Pingback: ..| Home of Mochamad Yusuf |..

  • Leave a Reply